Senin, 17 Juni 2019

Ketika Surat Lamaran Menjadi Andalan Anda Berburu Pekerjaan

























Foto ini saya unggah di akun Linkedin saya dan mendapatkan beberapa komentar. Komentar pendek dan panjang yang muncul antara lain :

Aduh....bikin pusing...
Baper nih...
Korban sinetron 
Medeni rek

Ngeri ancamannya, haha
Terlalu berani 😁😁

Jenner Manulang : Sdh sampai seperti ini pun luapan emosinya para jobseekers, tp msh aja ada oknum2 yg asyik dgn aksi tipu menipu loker..hmm dmn sdh rasa perike-amplop-an eh rasa perike-manusia-an..?

Balasan saya (Bambang Haryanto/BHBetul sekali, Jenner Manulang. Karena di luaran sana adanya oknum-oknum jahat di luar kontrol kita, maka pemburu kerja haruslah bersikap waspada terhadap hal-hal yang dirasa tidak wajar ketika berinteraksi dengan fihak-fihak yang mencurigakan.


Yang ngelamar bergantung sama manusia, bukan sama Allah...jadi numpahinnya ke rekruter.... 

Slamet Widodo : Mari kita buat jawaban surat ini 
.
Balasan saya (Bambang Haryanto/BH) :  Keren, bro Slamet Widodo. Dinanti ya. Saya kira para pemburu kerja juga ingin memperoleh cerita dan duduk perkaranya dari kalangan HRD terkait "protes" di atas.

Heru Listianto ikut menjawab : Kalo perkara kenapa tidak diterima kerja sepertinya sudah sering dibahas bapak ibu recruiter deh pak Bambang Haryanto. Misalnya ibu MILKA SANTOSO bahkan dikasih tips juga

Avantara Budi Prasetyo : Nah.... saya juga menunggu jawaban surat pihak terkait nih, jadi inget lagu2 indonesia jaman baheula. Pasti kalo lagunya laris dan duduk di anak tangga teratas maka.... ndak lama setelahnya muncul lagu jawaban dari lagi itu. xilenials_gen 

Balasan saya : : Seorang headhunter, Warren Rosaluk, bercerita bahwa banyak alasan untuk menolak surat lamaran. Tidak ada patokan yang baku. Antara satu rekruiter dengan yang lainnya bisa berbeda. Ini sebuah art. 

Namun yang pasti, mengingat banyaknya surat-surat lamaran yang harus diseleksi, membuat pola pikir rekruiter condong kepada pilihan bahwa "harus ada BANYAK lamaran yang terpaksa harus disingkirkan." 

Merujuk realitas yang brutal ini telah membuat Pak Rosaluk menyarankan agar pemburu kerja untuk tidak mengandalkan surat lamaran/cv sebagai SATU-SATU-nya cara untuk berburu pekerjaan.
 
Avantara Budi Prasetyo : Terima kasih buat pencerahannya pa Bambang Haryanto tapi saya jadi tergelitik untuk tau cara berburu pekerjaan yg tidak mengandalkan Lamaran/CV - asumsinya buat fresh graduate dan 1-2 th pengalaman kerja.  terima kasih, matursuwun lagi buat tanggapannya pak.

Balasan BH : Menurut kajian, lowongan yang diiklankan itu hanya 15%. Sisanya tersembunyi. Sedang peluang sukses berburu pekerjaan sebesar 80% adalah lewat koneksi dan referal. 

Mengapa harus berjubelan bersaing berebut porsi roti yang sedikit, sementara tersedia roti dan peluang yang jauh lebih besar? 

Tapi ya, berkoneksi itu tidak semudah kita meniru template sebuah CV dan lalu meng-emailkannya ke perusahaan sasaran. Jangan lupa, situs Linkedin dibangun oleh Reid Hoffman untuk pemburu kerja agar berjejaring, bukan?

Avantara Budi Prasetyo : Salim pa Bambang Haryanto 🙏🏻 Terima kasih, lbh jelas dan konkret deh sekarang. eraindustri40, maksimalkan networking di linkedin slah satunya 👍🏻👍🏻

Balasan BH : Sama-sama mas Aviantara Budi Prasetyo. Dulu sempat tanya-tanya dalam hati, di buku Anda sudahkah ada bahasan mengenai LinkedIn sebagai booster karier seseorang?

 

Sabtu, 15 Juni 2019

CV Anda Jangan Menjadi Sampah Digital

 Oleh : Bambang Haryanto

Pemburu kerja masa kini dimanjakan pelbagai kemudahan berkat revolusi digital yang terjadi.

Di masa lalu ketika media masih berbasis atom (minjam istilahnya Nicholas Negroponte) atau  kertas, berburu pekerjaan tidak semudah di era kini dimana kita tinggal meng-klik tombol untuk mengirimkan surat lamaran. 

Kemudahan itu menerbitkan efek samping. Kini setiap lowongan apa pun akan dibanjiri ratusan bahkan ribuan email lamaran. 

Secara teknologi tidak menjadi masalah, tetapi karena CV-CV itu harus diseleksi oleh tenaga manusia maka kuantitas itu akan menguras bandwidth atensi petugas rekruitmen. Human error pun mudah terjadi. 

Akibat fatalnya, Anda sebagai pelamar berkualitas bisa saja terkubur dan tidak lolos dalam proses seleksi. Apalagi kajian menunjukkan hanya 6 sd 30 detik saja seseorang rekruiter memilih CV yang bisa lolos ke tahap berikutnya. 

Solusi secara teknologi adalah robot Applicant Tracking System (ATS). Solusi dari Anda: sebelum mengirimkan CV kenali secara pasti Anda mencocoki scr profesional dgn lowongan yg Anda  lamar.

Lakukan self-assessments secara serius. Sehingga CV Anda tidak menjadi sampah digital yang bisa menerbitkan komplikasi merugikan Anda sendiri, pemburu kerja lain,dan proses rekruitmen secara keseluruhan.